aqubocahpemimpi.blogspot.com

Minggu, 20 Januari 2013

Pandangan Dunia Pengarang dalam novel “ Ahlam An-Nisa Al-Harem ” karya Fatima Mernisi ( kajian Strukturalisme Genetik ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil proses kreatif seorang sastrawan. Pada proses kreatif tersebut, tidak semata-mata hanya membutuhkan sebuah keterampilan, akan tetapi aspek pengalaman hidup, intelektual, wawasan keilmuan terutama kesusastraan, juga kejujuran sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya sastra. Oleh karena itu, semakin banyak aspek pendukung maka karya yang dihasilkan pun akan semakin bernilai. Sastra adalah produk kebudayaan ( karya seni ) yang lahir di tengah-tengah masyarakat dan pengarang sebagai pencipta karya sastra yang merupakan bagian dari masyarakat. Ide pengarang untuk menciptakan karya sastra berasal dari pembacaan subjektif pengarang ( imajinasi ) mengenai kondisi social masyarakat dari refleksi ( objektif ) pengarang atas kondisi social masyarakat yang ada sehingga melahirkan produk karya sastra yang memuat pembaharuan dalam nilai-nilai kehidupan dan kemasyarakatan. Dunia kesusastraan mengenal prosa sebagai satu genre sastra disamping genre-genre yang lain. Untuk mempertegas genre prosa, ia sering dipertentangkan dengan genre lain, misalnya puisi, walau pertentangan itu hanya bersifat teoretis. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan tuhan. Sebuah karya satra fiksi menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai unsure pembangunnya. Di satu pihak, karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegakan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah ( Abrams,1981:68). Di pihak lain unsur intrinsik yang bersifat timbal balik saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Realitas dalam karya fiksi, yakni ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan yang ditampilkan kepada pembaca, tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Kalau standar untuk menilai karya sastra adalah kepatuhan kepada kenyataan sehari-hari. Kepatuhan pada detil memang merupakan sarana untuk menciptakan ilusi, tetapi sering dipakai sebagai taktik untuk memikat pembaca agar mau memasuki suatu situasi yang tidak mungkin, atau yang luar biasa. fiksi populer dianggap sebagai karya satra sehingga harus didekatkan dengan teori-teori sastra dan kajian intrinsik ataupun kajian ekstrinsik. Pada umumnya, fiksi berupa novel, cerpen, dongeng, roman dll.cerita fiksi yang dikemas manis, seolah-olah akan mencerminkan dunia nyata sehingga jika dijadikan bahan pengajaran akan semakin menarik sebagai suatu gambaran “ perjalanan ” hidup manusia, fiksi tentu memiliki kelebihan tertentu bagi pembacanya. Hubungan karya satra, masyarakat, dengan teknologi informasi yang menyertainya, minat masyarakat terhadap manfaat penelitian interdisiplin, memberikan pengaruh terhadap perkembangan teori sastra selanjutnya. Strukturalisme, yang telah berhasil untuk memasuki hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal. Teori-teori formal yang banyak dikenal dalam penelitian dan dengan demikian paling banyak digunakan adalah strukturalisme. Menurut Teeuw ( 1988: 120-121 ) akar struktur sudah ada sejak arisstoteles dengan pengertian dasar bahwa setiap gejala terdiri atas unsure-unsur pengertian yang dimaksudkan dan diperjelas kembali oleh kritikus. Karya sastra merupakan kesatuan unsure intrinsik. Strukturalisme adalah pewaris modern dari kepercayaan bahwa realitas, dan pengalaman kita tentangnya, tidak berkaitan satu sama lain. Pendekatan structural dipelopori oleh kaum formalis rusia. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure yang mengubah studi linguistic dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik, study linguistic tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antar unsurnya. Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikansinya. Karena pandangan keotonomian karya sastra, di samping juga pandangan bahwa setiap karya sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya pun tak perlu dikaitkan dengan karya-karya lain. Goldmann mengemukakan bahwa setiap karya sastra yang penting mempunyai structure significative, yang menurut Goldmann bersifat otonom dan imanen, yang harus digali oleh peneliti berdasarkan analisis yang cermat. Menurut Goldmann struktur kemaknaan itu mewakili pandangan dunia ( Vision du monde ) penulis, tidak sebagai individu, melainkan sebagai wakil golongan masyarakatnya. Pendekatan strukturalisme genetik memiliki nilai yang lebih daripada strukturalisme strukturalisme otonom. Hal ini dilandasi oleh argumen bahwa selain menelaah struktur pembangun karya dari dalam, apresiator harus memasukkan faktor-faktor dari luar. Dengan ini diharapkan akan timbul sebuah kesadaran bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang dengan memadukan antara kreativitas dan faktor imajinasi yang tentunya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat. Penelitian strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik ( kesatuan dan koherensinya ) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi jaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya politik, ekonomi. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra. Historitas teori strukturalisme genetic, Orang yang dianggap sebagai peletak dasar madzhab genetik adalah Hippolyte Taine seorang kritikus dan sejarawan Francis. Ia mencoba menelaah sastra dari presfektif sosiologis dan mencoba mengebangkan wawasan sepenuhnya ilmiah dalam pendekatan sastra. Menurutnya satra tidak hanya karya yang bersifat imajinatif dan pribadi melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu lahir. Ini merupakan konsep genetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap tokoh mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep struktur hanya pada konteks hubungan fenomena konsep. Lucien Goldmann (1975) seorang Marksis adalah orang yang kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan teorinya yang dikenal dengan strukturalisme genetic. Pada prinsipnya teori ini melengkapi sutrukturaisme murni yang yang hanya menganalisis karya sastra dari aspek intristiknya saja dan memaknai peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas. Strukturalisme genetic memasukan faktor genetik dalam karya sastra. Goldmann ( 1970:588; 1981:40 ) menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti, yang dimaksudnya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Fakta itu mempunyai struktur karena terikat oleh satu tujuan yang menjadi artinya. Hubungan sastra dan masyarakat tidak serta merta membuat struktur karya sastra ( intrinsik dan Ekstrinsik ) harus sama dengan struktur masyarakat ( kenyataan di dalam masyarakat ) karena ada perberdaannya yaitu sifat karya sastra yang imajinatif. Menurut Goldmann karya sastra secara umum merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Dalam usaha mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner. Goldmann percaya pada adanya homologi ( kesamaan ) antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturisasi yang sama. Pandangan dunia adalah fakta historis dan sosial, yang merupakan keseluruhan cara berfikir, perasaan dan tindakan dimana pada situasi tertentu membuat manusia menemukan diri mereka dalam situasi ekonomi dan sosial yang sama pada kelompok sosial tertentu. Karena merupakan fakta sosial yang berasal dari interaksi antara subjek kolektif dengan sekitarnya, pandangan dunia tidak muncul dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru. Pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi keseluruhan gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok tertentu yang mempertentangkan dengan kelompok-kelompok social lain. Pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi social dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek tertentu. Salah satu bentuk karya satra yang mampu mencerminkan kondisi social masyarakat secara detai dan realistis adalah novel. Novel adalah karangan yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukurannya yang luas. Ukuran yang luas disini dapat diartikan cerita dengan plot yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Dalam menganalisis karya sastra dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang utama dan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang kelas dua. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang utama adalah karya sastra yang strukturnya sebangun dengan struktur kelas social tersebut. Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang kelas dua adalah karya sastra yang sekedar reproduksi segi permukaan realitas social. Dalam penelitian sastra yang menggunakan analisis strukturalisme genetic, menurut Goldmann karya sastra yang dianalisis disarankan menggunakan karya sastra ciptaan pengarang utama yang terdapat tokoh problematic atau mempunyai masalah yang berhadapan dengan kondisi sosial yang memburuk dan berusaha mendapatkan nilai-nilai yang benar. Dari sekian banyak karya sastra, peneliti ingin menganalisis novel berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima mernisi. Novel Ahlam An-Nisa Al-harem adalah novel yang mengangkat persoalan manusian yang merupakan tokoh problematic yang bermasalah dengan kondisi social karena dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem menceritakan seorang wanita yang tumbuh dewasa di suatu harem bersama dengan ibunya, para nenek dan para saudari lainnya. Suatu harem yang di jaga dengan ketat oleh suatu penjagaan sedemikian rupa sehingga wanita-wanita tidak bisa lepas dari itu. Sejak dia kecil, Mernissi telah dilibatkan dalam pergolakan pemikiran nasional dan menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan liar sebagai contoh pada batas tertentu memaksakan antara anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan. Mereka menginginkan kebebasan agar bisa seperti wanita-wanita barat yang mengelu-elukan rasionalitas dan pendidikan modern. Alasan akademik yang mendorong dilakukannya penelitian Analisis strukturalisme genetik dalam novel yang Berjudul “Ahlam An-Nisa Al-Harem” karya Fatima Mernisi ini adalah sebagai berikut: Pertama, karena dalam novel tersebut mengandung cerita yang menarik, sehingga dilakukan penelitian Analisis strukturalisme genetik dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi Kedua, karena novel tersebut menceritakan perempuan-perempuan luar biasa yang kearifannya menjadi jendela bagi Fatima kecil untuk melihat dunia, mereka yang hanya memiliki sedikit kebebasan, namun kaya oleh indahnya kebersamaan dan mimpi-mimpi, mereka yang mengatakan bahwa selalu ada sepetak langit biru diatas tembok harem. Mereka juga yang mengatakan, jangan melihat kebawah pandanglah terus keatas dan keatas, lalu terbanglah. Ciptakan sayap-sayap. sehingga perlu dilakukan penelitian Analisis strukturalisme genetic dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi agar lebih mudah dimengerti. Dari uraian diatas, tampak perlu adanya sebuah kajian novel yang uraiannya lebih mendalam, sistematis, tetapi praktis dapat dipergunakan untuk memahami novel secara lebih mudah, oleh karena itu peneliti memfokuskan kajiannya dengan judul. Pandangan Dunia Pengarang dalam novel “ Ahlam An-Nisa Al-Harem ” karya Fatima Mernisi ( kajian Strukturalisme Genetik ) B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ini di fokuskan pada kajian strukturalisme genetik dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi. Agar peneliti fokus terarah, maka akan dirumuskan masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal sebagai berikut : 1. Bagaimana unsure intrinsik dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi? 2. Bagaimana pandangan dunia pengarang novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah: Mengetahui kajian strukturalisme genetik dalam novel berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi Adapun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi kegunaan teoretis dan pragmatis. 1. Kegunaan Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan khususnya di bidang strukturalisme genetik. b. Penelitian ini diharapkan menambah apresiasi masyarakat terhadap karya sastra. 2. Kegunaan Pragmatis a. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra (S.S ) pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora. b. Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang kajian strukturalisme sehingga menghasilkan efek yang inovatif bagi mahasiswa khususnya, serta masyarakat pada umumnya. D. Tinjauan Pustaka Setelah dilakukan pengamatan di perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, terdapat beberapa skripsi yang menggunakan kajian Strukturalisme genetik. Kemudian terdapat buku yang membahas tentang kajian strukturalime genetik. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Tema dan amanat dalam khutbah al-Qashi’ah karya imam Ali ra, yang ditulis oleh Euis Nafisah pada tahun 2007, sesuai dengan judulnya penelitian ini menjelaskan tentang khutbah merupakan seni pengungkapan sesuatu yang mana para pendengar menyimak apa yang dikatakan oleh khatib. Lalu mencari tema dan amanat yang ada didalah khutbah tersebut. 2. Tema dalam novel perempuan dititik nol karya nawal el saadawi, yang ditulis oleh Amiruddin pada tahun 2006, sesuai dengan judulnya penelitian ini menjelaskan tentang analisis jenis tema dalam novel tersebut. 3. Tema dan sikap penyair dalam syair karya Ali bin abi Thali, yang ditulis oleh Ali Firman pada tahun 2005, sesuai dengan judulnya penelitian ini menjelaskan tentang analisis tema dan sikap penyair dalam syair tersebut. 4. Amanat dalam novel Asywak karya Sayyid Quthub ( kajian analisis intrinsic ), yang ditulis oleh Edi lulu riyadi pada tahun 2004, sesuai dengan judulnya penelitian ini bertujuan mencari amanat yang terkandung dalam novel tersebut. E. Kerangka Berpikir Sajak ( karya sastra ) merupakan sebuah struktur. Struktur disini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsure-unsur yang bersistem, yang antara unsure-unsurnya terjadi hubungan yang timbale balik, saling menentukan, jadi suatu unsure dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melaikan hal-hal itu saling terikat. Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur, menurut pikiran strukturalisme, dunia ( karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang ) lebih merupakan susunan hubungan dari pada susunan benda-benda. Menurut Jean Piaget, ada tiga dasar strukturalisme yaitu: a) Kesatuan, sebagai koherensi internal b) Transformasi, sebagai pembentukan bahan-bahan baru secara terus menerus c) Regulasi diri, yaitu mengadakan perubahan dengan kekuatan dari dalam. Hal dikemukakan oleh Piaget tersebut sama seperti yang dimaksudkan dalam buku ini, bahwa strukturalisme dapat diartikan sebagai suatu jaringan teoretis dan memalui jaringan teoretis ini, perilaku, budaya dan fiksi popular dilihat sebagai suatu objek yang dapat dianalisis menurut jaringan hubungannya yang melatar belakangi fiksi popular tersebut. Dan unsure-unsur yang membangun jaringan dapat mempunyai makna dari hubungannya antar unsure-unsur tersebut. Secara definitive strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik dan ekstrinsik. Strukrural genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Sebagai seorang strukturalis, Goldmann sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi struktur bermakna, dimana setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitasnya. Secara sederhana pendekatan strukturalisme genetik diformulasikan sebagai berikut. Pertama difokuskan pada kajian intrinsik karya sastra, baik secara parsial maupun secara keseluruhan. Kedua, mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok pengarang, karena ia adalah suatu bagian dari komunitas tertentu. Ketiga, mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang ikut mengondisikan terciptanya karya sastra. Dari ketiga cara tersebut akan diperoleh abstraksi pandangan dunia pengarang yang diperjuangkan oleh tokoh problematik. Pandangan dunia merupakan masalah pokok dalam strukturalisme genetic. Homologi, kelas-kelas social, struktur bermakna, dan subjek transindividual diarahkan pada totalitas pemahaman yang dianggap sebagai kesimpulan suatu penelitian. Pandangan dunialah yang memicu subjek untukmengarang, identifikasi pandangan dunia juga dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan suatu karya. F. Metode dan Langkah-Langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan menganalisis berdasarkan satuan-satuan tanda yang bermakna dengan tidak melupakan saling hubungan dan fungsi structural setiap satuan tanda tersebut. Metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang ditunjukkan untuk menjelaskan suatu masalah yang bersifat kasuistik dengan cara menggambarkan kasus yang diteliti, berdasarkan hubungkan antara teori dengan kenyataan di lapangan. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan metode deskriptif penelitian strukturalisme genetik ini perlu dipahami strukturnya dengan menguraikan unsure-unsur instrinsik dan ekstrinsik pada novel. 2. Langkah-langkah Penelitian a. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi b. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi c. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik atau studi kepustakaan. Maka langkah-langkah yang dirumuskan adalah sebagai berikut: (i) membaca dengan teliti dan seksama novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi (ii) menandai teks novel yang merupakan unsur instrinsik, ekstrinsik dan pangdangan dunia pengarang dalam novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi (iii) mengelompokan teks novel yang merupakan unsur instrinsik dan ekstrinsik dan pandangan dunia pengarang novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi d. Analisis Data Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis dengan pendekatan strukturalisme genetik untuk mengetahui unsur-unsur yang terstruktur pada novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi e. Merumuskan Simpulan Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik maka dirumuskan simpulan sebagai akhir kegiatan penelitian terhadap unsur instrinsik dan ekstrinsik novel yang berjudul Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab kesatu, yaitu pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, metode dan langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, yaitu landasan teori. Bab ini berisi teori mengenai pengertian, macam-macam dan tujuan-tujuan strukturalisme genetik. Bab ketiga, yaitu pembahasan. Bab ini berisi pembahasan mengenai penganalisisan strukturalisme genetik dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi Bab keempat, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA A Teeuw, ( 2003 ) Sastera dan Ilmu Sastera, Jakarta : Pustaka Jaya Adi,Ida Rochani. ( 2011 ) Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Departemen Pendidikan Nasional, ( 2008 ) Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional, Jakarta: Grasindo Endraswara,Suwardi. (2005 ) Metode dan Teori Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Buana Pustaka Faruk, ( 2012 ) Pengantar Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nugiyantoro,Burhan ( 2010 ) Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah skripsi, tesis dan disertasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2009. Pradopo, Rachmat Djoko. ( 2010 ) Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ratna, Nyoman Kutha. ( 2011 ) Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ratna, Nyoman Kutha, ( 2011 ) Antropologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Retnaningsih,Aning. ( 1983 ), Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern, Jakarta: Erlangga Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, ( 1994 ), Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Wellek, Rene dan Austin Warren (1989 ) Teori Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia


Pandangan Dunia Pengarang dalam novel
“ Ahlam An-Nisa Al-Harem ”
karya Fatima Mernisi
( kajian Strukturalisme Genetik )


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil proses kreatif seorang sastrawan. Pada proses kreatif tersebut, tidak semata-mata hanya membutuhkan sebuah keterampilan, akan tetapi aspek pengalaman hidup, intelektual, wawasan keilmuan terutama kesusastraan, juga kejujuran sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya sastra. Oleh karena itu, semakin banyak aspek pendukung maka karya yang dihasilkan pun akan semakin bernilai.
Sastra adalah produk kebudayaan ( karya seni ) yang lahir di tengah-tengah masyarakat dan pengarang sebagai pencipta karya sastra yang merupakan bagian dari masyarakat. Ide pengarang untuk menciptakan karya sastra berasal dari pembacaan subjektif pengarang ( imajinasi ) mengenai kondisi social masyarakat dari refleksi ( objektif ) pengarang atas kondisi social masyarakat yang ada sehingga melahirkan produk karya sastra yang memuat pembaharuan dalam nilai-nilai kehidupan dan kemasyarakatan.
Dunia kesusastraan mengenal prosa sebagai satu genre sastra disamping genre-genre yang lain. Untuk mempertegas genre prosa, ia sering dipertentangkan dengan genre lain, misalnya puisi, walau pertentangan itu hanya bersifat teoretis. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan tuhan.[1]
Sebuah karya satra fiksi menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai unsure pembangunnya. Di satu pihak, karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegakan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah ( Abrams,1981:68). Di pihak lain unsur intrinsik yang bersifat timbal balik saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.
Realitas dalam karya fiksi, yakni ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan yang ditampilkan kepada pembaca, tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Kalau standar untuk menilai karya sastra adalah kepatuhan kepada kenyataan sehari-hari. Kepatuhan pada detil memang merupakan sarana untuk menciptakan ilusi, tetapi sering dipakai sebagai taktik untuk memikat pembaca agar mau memasuki suatu situasi yang tidak mungkin, atau yang luar biasa.[2]
fiksi populer dianggap sebagai karya satra sehingga harus didekatkan dengan teori-teori sastra dan kajian intrinsik ataupun kajian ekstrinsik.[3]
Pada umumnya, fiksi berupa novel, cerpen, dongeng, roman dll.cerita fiksi yang dikemas manis, seolah-olah akan mencerminkan dunia nyata sehingga jika dijadikan bahan pengajaran akan semakin menarik sebagai suatu gambaran “ perjalanan ” hidup manusia, fiksi tentu memiliki kelebihan tertentu bagi pembacanya.[4]
Hubungan karya satra, masyarakat, dengan teknologi informasi yang menyertainya, minat masyarakat terhadap manfaat penelitian interdisiplin, memberikan pengaruh terhadap perkembangan teori sastra selanjutnya. Strukturalisme, yang telah berhasil untuk memasuki hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal.[5]
Teori-teori formal yang banyak dikenal dalam penelitian dan dengan demikian paling banyak digunakan adalah strukturalisme. Menurut Teeuw ( 1988: 120-121 ) akar struktur sudah ada sejak arisstoteles dengan pengertian dasar bahwa setiap gejala terdiri atas unsure-unsur pengertian yang dimaksudkan dan diperjelas kembali oleh kritikus. Karya sastra merupakan kesatuan unsure intrinsik.[6]
Strukturalisme adalah pewaris modern dari kepercayaan bahwa realitas, dan pengalaman kita tentangnya, tidak berkaitan satu sama lain. Pendekatan structural dipelopori oleh kaum formalis rusia. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure yang mengubah studi linguistic dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik, study linguistic tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antar unsurnya.
Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikansinya.
Karena pandangan keotonomian karya sastra, di samping juga pandangan bahwa setiap karya sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya pun tak perlu dikaitkan dengan karya-karya lain.
Goldmann mengemukakan bahwa setiap karya sastra yang penting mempunyai structure significative, yang menurut Goldmann bersifat otonom dan imanen, yang harus digali oleh peneliti berdasarkan analisis yang cermat. Menurut Goldmann struktur kemaknaan itu mewakili pandangan dunia ( Vision du monde ) penulis, tidak sebagai individu, melainkan sebagai wakil golongan masyarakatnya.[7]
Pendekatan strukturalisme genetik memiliki nilai yang lebih daripada strukturalisme strukturalisme otonom. Hal ini dilandasi oleh argumen bahwa selain menelaah struktur pembangun karya dari dalam, apresiator harus memasukkan faktor-faktor dari luar. Dengan ini diharapkan akan timbul sebuah kesadaran bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang dengan memadukan antara kreativitas dan faktor imajinasi yang tentunya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat.
Penelitian strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik ( kesatuan dan koherensinya ) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi jaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya politik, ekonomi. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra. [8]
Historitas teori strukturalisme genetic, Orang yang dianggap sebagai peletak dasar madzhab genetik adalah Hippolyte Taine seorang kritikus dan sejarawan Francis. Ia mencoba menelaah sastra dari presfektif sosiologis dan mencoba mengebangkan wawasan sepenuhnya ilmiah dalam pendekatan sastra. Menurutnya satra tidak hanya karya yang bersifat imajinatif dan pribadi melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu lahir. Ini merupakan konsep genetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap tokoh mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep struktur hanya pada konteks hubungan fenomena konsep. Lucien Goldmann (1975) seorang Marksis adalah orang yang kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan teorinya yang dikenal dengan strukturalisme genetic. Pada prinsipnya teori ini melengkapi sutrukturaisme murni yang yang hanya menganalisis karya sastra dari aspek intristiknya saja dan memaknai peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas. Strukturalisme genetic memasukan faktor genetik dalam karya sastra.
Goldmann ( 1970:588; 1981:40 ) menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti, yang dimaksudnya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Fakta itu mempunyai struktur karena terikat oleh satu tujuan yang menjadi artinya.[9]
Hubungan sastra dan masyarakat tidak serta merta membuat struktur karya sastra ( intrinsik dan Ekstrinsik ) harus sama dengan struktur masyarakat ( kenyataan di dalam masyarakat )  karena ada perberdaannya yaitu sifat karya sastra yang imajinatif. Menurut Goldmann karya sastra secara umum merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Dalam usaha mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner. Goldmann percaya pada adanya homologi ( kesamaan ) antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturisasi yang sama.
Pandangan dunia adalah fakta historis dan sosial, yang merupakan keseluruhan cara berfikir, perasaan dan tindakan dimana pada situasi tertentu membuat manusia menemukan diri mereka dalam situasi ekonomi dan sosial yang sama pada kelompok sosial tertentu. Karena merupakan fakta sosial yang berasal dari interaksi antara subjek kolektif dengan sekitarnya, pandangan dunia tidak muncul dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru.
Pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi keseluruhan gagasan-gagasan,  aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok tertentu yang mempertentangkan dengan kelompok-kelompok social lain. Pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi social dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek tertentu. Salah satu bentuk karya satra yang mampu mencerminkan kondisi social masyarakat secara detai dan realistis adalah novel.
Novel adalah karangan yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.[10]
Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukurannya yang luas. Ukuran yang luas disini dapat diartikan cerita dengan plot yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula.[11]
Dalam menganalisis karya sastra dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang utama dan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang kelas dua. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang utama adalah karya sastra yang strukturnya sebangun dengan struktur kelas social tersebut. Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang kelas dua adalah karya sastra yang sekedar reproduksi segi permukaan realitas social. Dalam penelitian sastra yang menggunakan analisis strukturalisme genetic, menurut Goldmann karya sastra yang dianalisis disarankan menggunakan karya sastra ciptaan pengarang utama yang terdapat tokoh problematic atau mempunyai masalah yang berhadapan dengan kondisi sosial yang memburuk dan berusaha mendapatkan nilai-nilai yang benar.
Dari sekian banyak karya sastra, peneliti ingin menganalisis novel berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima mernisi. Novel Ahlam An-Nisa Al-harem adalah novel yang mengangkat persoalan manusian yang merupakan tokoh problematic yang bermasalah dengan kondisi social karena dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem menceritakan seorang wanita yang tumbuh dewasa di suatu harem bersama dengan ibunya, para nenek dan para saudari lainnya. Suatu harem yang di jaga dengan ketat oleh suatu penjagaan sedemikian rupa sehingga wanita-wanita tidak bisa lepas dari itu. Sejak dia kecil, Mernissi telah dilibatkan dalam pergolakan pemikiran nasional dan menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan liar sebagai contoh pada batas tertentu memaksakan antara anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan. Mereka menginginkan kebebasan agar bisa seperti wanita-wanita barat yang mengelu-elukan rasionalitas dan pendidikan modern.
Alasan akademik yang mendorong dilakukannya penelitian Analisis strukturalisme genetik dalam novel yang Berjudul Ahlam An-Nisa Al-Haremkarya Fatima Mernisi ini adalah sebagai berikut:
Pertama, karena dalam novel tersebut mengandung cerita yang menarik, sehingga dilakukan penelitian Analisis strukturalisme genetik dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
Kedua, karena novel tersebut menceritakan perempuan-perempuan luar biasa yang kearifannya menjadi jendela bagi Fatima kecil untuk melihat dunia, mereka yang hanya memiliki sedikit kebebasan, namun kaya oleh indahnya kebersamaan dan mimpi-mimpi, mereka yang mengatakan bahwa selalu ada sepetak langit biru diatas tembok harem. Mereka juga yang mengatakan, jangan melihat kebawah pandanglah terus keatas dan keatas, lalu terbanglah. Ciptakan sayap-sayap. sehingga perlu dilakukan penelitian Analisis strukturalisme genetic dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi agar lebih mudah dimengerti.
Dari uraian diatas, tampak perlu adanya sebuah kajian novel yang uraiannya lebih mendalam, sistematis, tetapi praktis dapat dipergunakan untuk memahami novel secara lebih mudah, oleh karena itu peneliti memfokuskan kajiannya dengan judul.
Pandangan Dunia Pengarang dalam novel
“ Ahlam An-Nisa Al-Harem ”
karya Fatima Mernisi
( kajian Strukturalisme Genetik )

B.     Identifikasi dan Rumusan Masalah
Penelitian ini di fokuskan pada kajian strukturalisme genetik dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi.
Agar  peneliti fokus terarah, maka akan dirumuskan masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal sebagai berikut :
1.   Bagaimana unsure intrinsik dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi?
2.   Bagaimana pandangan dunia pengarang novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi?



C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:
Mengetahui kajian strukturalisme genetik dalam novel berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
Adapun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi kegunaan teoretis dan pragmatis.
1.    Kegunaan Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan khususnya di bidang strukturalisme genetik.
b. Penelitian ini diharapkan menambah apresiasi masyarakat terhadap karya sastra.
2.     Kegunaan Pragmatis
a.       Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra (S.S ) pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora.
b.      Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang kajian strukturalisme sehingga menghasilkan efek yang inovatif bagi mahasiswa khususnya, serta masyarakat pada umumnya.

D.    Tinjauan Pustaka
Setelah dilakukan pengamatan di perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, terdapat beberapa skripsi yang menggunakan kajian Strukturalisme genetik. Kemudian terdapat buku yang membahas tentang kajian strukturalime genetik. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.      Tema dan amanat dalam khutbah al-Qashi’ah karya imam Ali ra, yang ditulis oleh Euis Nafisah pada tahun 2007, sesuai dengan judulnya penelitian ini menjelaskan tentang khutbah merupakan seni pengungkapan sesuatu yang mana para pendengar menyimak apa yang dikatakan oleh khatib. Lalu mencari tema dan amanat yang ada didalah khutbah tersebut.
2.      Tema dalam novel perempuan dititik nol karya nawal el saadawi, yang ditulis oleh Amiruddin pada tahun 2006, sesuai dengan judulnya penelitian ini menjelaskan tentang analisis jenis tema dalam novel tersebut.
3.      Tema dan sikap penyair dalam syair karya Ali bin abi Thali, yang ditulis oleh Ali Firman pada tahun 2005, sesuai dengan judulnya penelitian ini menjelaskan tentang analisis tema dan sikap penyair dalam syair tersebut.
4.      Amanat dalam novel Asywak karya Sayyid Quthub ( kajian analisis intrinsic ), yang ditulis oleh Edi lulu riyadi pada tahun 2004, sesuai dengan judulnya penelitian ini bertujuan mencari amanat yang terkandung dalam novel tersebut.

E.     Kerangka Berpikir
Sajak ( karya sastra ) merupakan sebuah struktur. Struktur disini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsure-unsur yang bersistem, yang antara unsure-unsurnya terjadi hubungan yang timbale balik, saling menentukan, jadi suatu unsure dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melaikan hal-hal itu saling terikat.[12]
Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur, menurut pikiran strukturalisme, dunia ( karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang ) lebih merupakan susunan hubungan dari pada susunan benda-benda.[13]
Menurut Jean Piaget, ada tiga dasar strukturalisme yaitu:
a)      Kesatuan, sebagai koherensi internal
b)      Transformasi, sebagai pembentukan bahan-bahan baru secara terus menerus
c)      Regulasi diri, yaitu mengadakan perubahan dengan kekuatan dari dalam.[14]
Hal dikemukakan oleh Piaget tersebut sama seperti yang dimaksudkan dalam buku ini, bahwa strukturalisme dapat diartikan sebagai suatu jaringan teoretis dan memalui jaringan teoretis ini, perilaku, budaya dan fiksi popular dilihat sebagai suatu objek yang dapat dianalisis menurut jaringan hubungannya yang melatar belakangi fiksi popular tersebut. Dan unsure-unsur yang membangun jaringan dapat mempunyai makna dari hubungannya antar unsure-unsur tersebut.[15]
Secara definitive strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik dan ekstrinsik.[16]
Strukrural genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Sebagai seorang strukturalis, Goldmann sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi struktur bermakna, dimana setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitasnya.[17]
Secara sederhana pendekatan strukturalisme genetik diformulasikan sebagai berikut. Pertama difokuskan pada kajian intrinsik karya sastra, baik secara parsial maupun secara keseluruhan. Kedua, mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok pengarang, karena ia adalah suatu bagian dari komunitas tertentu. Ketiga, mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang ikut mengondisikan terciptanya karya sastra. Dari ketiga cara tersebut akan diperoleh abstraksi pandangan dunia pengarang yang diperjuangkan oleh tokoh problematik.

Pandangan dunia merupakan masalah pokok dalam strukturalisme genetic. Homologi, kelas-kelas social, struktur bermakna, dan subjek transindividual diarahkan pada totalitas pemahaman yang dianggap sebagai kesimpulan suatu penelitian. Pandangan dunialah yang memicu subjek untukmengarang, identifikasi pandangan dunia juga dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan suatu karya.[18]

F.     Metode dan Langkah-Langkah Penelitian
1.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan menganalisis berdasarkan satuan-satuan tanda yang bermakna dengan tidak melupakan saling hubungan dan fungsi structural setiap satuan tanda tersebut.
Metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang ditunjukkan untuk menjelaskan suatu masalah yang bersifat kasuistik dengan cara menggambarkan kasus yang diteliti, berdasarkan hubungkan antara teori dengan kenyataan di lapangan.[19]
Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.[20]
Dengan metode deskriptif penelitian strukturalisme genetik ini perlu dipahami strukturnya dengan menguraikan unsure-unsur instrinsik dan ekstrinsik pada novel.
2. Langkah-langkah Penelitian
a.       Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
b.      Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
c.       Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik atau studi kepustakaan. Maka langkah-langkah yang dirumuskan adalah sebagai berikut: (i) membaca dengan teliti dan seksama novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi (ii) menandai teks novel yang merupakan unsur instrinsik, ekstrinsik dan pangdangan dunia pengarang dalam novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi (iii) mengelompokan teks novel yang merupakan unsur instrinsik dan ekstrinsik dan pandangan dunia pengarang novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
d.      Analisis Data
Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis dengan pendekatan strukturalisme genetik untuk mengetahui unsur-unsur yang terstruktur pada novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
e.       Merumuskan Simpulan
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik maka dirumuskan simpulan sebagai akhir kegiatan penelitian terhadap unsur instrinsik dan ekstrinsik novel yang berjudul Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi.

G.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab kesatu, yaitu pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, metode dan langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, yaitu landasan teori. Bab ini berisi teori mengenai pengertian, macam-macam dan tujuan-tujuan strukturalisme genetik.
Bab ketiga, yaitu pembahasan. Bab ini berisi pembahasan mengenai penganalisisan strukturalisme genetik dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi
Bab keempat, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi.










DAFTAR PUSTAKA

A Teeuw, ( 2003 ) Sastera dan Ilmu Sastera, Jakarta : Pustaka Jaya
Adi,Ida Rochani. ( 2011 ) Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Pendidikan Nasional, ( 2008 ) Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional, Jakarta: Grasindo
Endraswara,Suwardi. (2005 ) Metode dan Teori Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Buana Pustaka
Faruk, ( 2012 ) Pengantar Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nugiyantoro,Burhan ( 2010 ) Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah skripsi, tesis dan disertasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung  2009.
Pradopo, Rachmat Djoko. ( 2010 ) Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ratna, Nyoman Kutha. ( 2011 ) Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ratna, Nyoman Kutha, ( 2011 ) Antropologi  Sastra,  Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Retnaningsih,Aning. ( 1983 ),  Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern, Jakarta: Erlangga
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, ( 1994 ), Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wellek, Rene dan Austin Warren (1989 ) Teori Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia




[1] Burhan Nugiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, ( Yogyakarta: adjah Mada University Press, 2010 ), h.1
[2] Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, ( Jakarta: PT Gramedia,1989 ), h. 278
[3] Ida Rochani Adi, Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 ),h. 136
[4] Suwardi Endraswara, Metode dan Teori Pengajaran Sastra, ( Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005 ), h. 173
[5] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 75
[6] Nyoman Kutha Ratna, Antropologi  Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 314
[7] A Teeuw, Sastera dan Ilmu Sastera, ( Jakarta : Pustaka Jaya, 2003 ).h. 126
[8] Risma, analisis struktur genetic pada novel ronggeng dukuh paruk, tersedia: http://jhue.blogspot.com/2011/06/analisis-struktural-genetik-pada-novel.html, sabtu, 27-10-2012.
[9] Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 ),h. 57
[10] Departemen Pendidikan Nasional, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional, ( Jakarta: Grasindo, 2008 ), h. 85
[11] Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994 ), h. 29
[12] Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010 ), h.118
[13] Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010 ), h.119
[14] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 84
[15] Ida Rochani Adi, Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 ),h. 139
[16] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 123
[17] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 122
[18] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 126

[19] Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah skripsi, tesis dan disertasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung  2009. h.20
[20] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 53