Pandangan Dunia
Pengarang dalam novel
“ Ahlam An-Nisa
Al-Harem ”
karya Fatima
Mernisi
( kajian
Strukturalisme Genetik )
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karya
sastra merupakan hasil proses kreatif seorang sastrawan. Pada proses kreatif
tersebut, tidak semata-mata hanya membutuhkan sebuah keterampilan, akan tetapi
aspek pengalaman hidup, intelektual, wawasan keilmuan terutama kesusastraan,
juga kejujuran sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya sastra. Oleh karena itu,
semakin banyak aspek pendukung maka karya yang dihasilkan pun akan semakin
bernilai.
Sastra
adalah produk kebudayaan ( karya seni ) yang lahir di tengah-tengah masyarakat
dan pengarang sebagai pencipta karya sastra yang merupakan bagian dari
masyarakat. Ide pengarang untuk menciptakan karya sastra berasal dari pembacaan
subjektif pengarang ( imajinasi ) mengenai kondisi social masyarakat dari
refleksi ( objektif ) pengarang atas kondisi social masyarakat yang ada
sehingga melahirkan produk karya sastra yang memuat pembaharuan dalam
nilai-nilai kehidupan dan kemasyarakatan.
Dunia
kesusastraan mengenal prosa sebagai satu genre sastra disamping genre-genre yang
lain. Untuk mempertegas genre prosa, ia sering dipertentangkan dengan genre
lain, misalnya puisi, walau pertentangan itu hanya bersifat teoretis. Fiksi
menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan dan interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan
tuhan.[1]
Sebuah
karya satra fiksi menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang
dibangun secara koherensi oleh berbagai unsure pembangunnya. Di satu pihak,
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegakan, dan gambaran semua
bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk
kebulatan yang indah ( Abrams,1981:68). Di pihak lain unsur intrinsik yang
bersifat timbal balik saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama
membentuk satu kesatuan yang utuh.
Realitas
dalam karya fiksi, yakni ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan yang ditampilkan
kepada pembaca, tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Kalau standar
untuk menilai karya sastra adalah kepatuhan kepada kenyataan sehari-hari.
Kepatuhan pada detil memang merupakan sarana untuk menciptakan ilusi, tetapi
sering dipakai sebagai taktik untuk memikat pembaca agar mau memasuki suatu
situasi yang tidak mungkin, atau yang luar biasa.[2]
fiksi
populer dianggap sebagai karya satra sehingga harus didekatkan dengan
teori-teori sastra dan kajian intrinsik ataupun kajian ekstrinsik.[3]
Pada
umumnya, fiksi berupa novel, cerpen, dongeng, roman dll.cerita fiksi yang
dikemas manis, seolah-olah akan mencerminkan dunia nyata sehingga jika
dijadikan bahan pengajaran akan semakin menarik sebagai suatu gambaran “
perjalanan ” hidup manusia, fiksi tentu memiliki kelebihan tertentu bagi
pembacanya.[4]
Hubungan
karya satra, masyarakat, dengan teknologi informasi yang menyertainya, minat masyarakat
terhadap manfaat penelitian interdisiplin, memberikan pengaruh terhadap
perkembangan teori sastra selanjutnya. Strukturalisme, yang telah berhasil
untuk memasuki hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah
satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal.[5]
Teori-teori
formal yang banyak dikenal dalam penelitian dan dengan demikian paling banyak
digunakan adalah strukturalisme. Menurut Teeuw ( 1988: 120-121 ) akar struktur
sudah ada sejak arisstoteles dengan pengertian dasar bahwa setiap gejala
terdiri atas unsure-unsur pengertian yang dimaksudkan dan diperjelas kembali
oleh kritikus. Karya sastra merupakan kesatuan unsure intrinsik.[6]
Strukturalisme
adalah pewaris modern dari kepercayaan bahwa realitas, dan pengalaman kita
tentangnya, tidak berkaitan satu sama lain. Pendekatan structural dipelopori
oleh kaum formalis rusia. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure
yang mengubah studi linguistic dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik,
study linguistic tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan
pada hubungan antar unsurnya.
Pendekatan
strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam
penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai
karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut
terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang ada di
luar struktur signifikansinya.
Karena
pandangan keotonomian karya sastra, di samping juga pandangan bahwa setiap
karya sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya
pun tak perlu dikaitkan dengan karya-karya lain.
Goldmann
mengemukakan bahwa setiap karya sastra yang penting mempunyai structure
significative, yang menurut Goldmann bersifat otonom dan imanen, yang harus
digali oleh peneliti berdasarkan analisis yang cermat. Menurut Goldmann
struktur kemaknaan itu mewakili pandangan dunia ( Vision du monde ) penulis,
tidak sebagai individu, melainkan sebagai wakil golongan masyarakatnya.[7]
Pendekatan strukturalisme genetik memiliki nilai yang lebih
daripada strukturalisme strukturalisme otonom. Hal ini dilandasi oleh argumen
bahwa selain menelaah struktur pembangun karya dari dalam, apresiator harus
memasukkan faktor-faktor dari luar. Dengan ini diharapkan akan timbul sebuah
kesadaran bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang dengan memadukan antara
kreativitas dan faktor imajinasi yang tentunya banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat.
Penelitian
strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik
dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik ( kesatuan dan
koherensinya ) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan
menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang
sebagai refleksi jaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya politik,
ekonomi. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung
dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra. [8]
Historitas teori strukturalisme genetic, Orang yang dianggap
sebagai peletak dasar madzhab genetik adalah Hippolyte Taine seorang kritikus
dan sejarawan Francis. Ia mencoba menelaah sastra dari presfektif sosiologis
dan mencoba mengebangkan wawasan sepenuhnya ilmiah dalam pendekatan sastra.
Menurutnya satra tidak hanya karya yang bersifat imajinatif dan pribadi
melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu lahir. Ini
merupakan konsep genetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap
tokoh mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep struktur hanya
pada konteks hubungan fenomena konsep. Lucien Goldmann (1975) seorang Marksis adalah
orang yang kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan teorinya
yang dikenal dengan strukturalisme genetic. Pada prinsipnya teori ini
melengkapi sutrukturaisme murni yang yang hanya menganalisis karya sastra dari
aspek intristiknya saja dan memaknai peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang
khas. Strukturalisme genetic memasukan faktor genetik dalam karya sastra.
Goldmann ( 1970:588; 1981:40 ) menganggap semua fakta kemanusiaan
merupakan suatu struktur yang berarti, yang dimaksudnya adalah bahwa
fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Oleh
karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan
struktur dan artinya. Fakta itu mempunyai struktur karena terikat oleh satu
tujuan yang menjadi artinya.[9]
Hubungan sastra dan masyarakat tidak serta merta membuat struktur
karya sastra ( intrinsik dan Ekstrinsik ) harus sama dengan struktur masyarakat
( kenyataan di dalam masyarakat ) karena
ada perberdaannya yaitu sifat karya sastra yang imajinatif. Menurut Goldmann
karya sastra secara umum merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner.
Dalam usaha mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta
tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner. Goldmann percaya pada adanya
homologi ( kesamaan ) antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat
sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturisasi yang sama.
Pandangan dunia adalah fakta historis dan sosial, yang merupakan
keseluruhan cara berfikir, perasaan dan tindakan dimana pada situasi tertentu
membuat manusia menemukan diri mereka dalam situasi ekonomi dan sosial yang
sama pada kelompok sosial tertentu. Karena merupakan fakta sosial yang berasal
dari interaksi antara subjek kolektif dengan sekitarnya, pandangan dunia tidak
muncul dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara
perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru.
Pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi keseluruhan
gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan
perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu
kelompok tertentu yang mempertentangkan dengan kelompok-kelompok social lain.
Pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi social dan ekonomi
tertentu yang dihadapi oleh subjek tertentu. Salah satu bentuk karya satra yang
mampu mencerminkan kondisi social masyarakat secara detai dan realistis adalah
novel.
Novel
adalah karangan yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan
seseorang atau beberapa orang tokoh.[10]
Dalam
arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukurannya yang luas. Ukuran
yang luas disini dapat diartikan cerita dengan plot yang kompleks, karakter
yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting
cerita yang beragam pula.[11]
Dalam
menganalisis karya sastra dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya sastra yang
dihasilkan oleh pengarang utama dan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang
kelas dua. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang utama adalah karya
sastra yang strukturnya sebangun dengan struktur kelas social tersebut.
Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang kelas dua adalah karya sastra
yang sekedar reproduksi segi permukaan realitas social. Dalam penelitian sastra
yang menggunakan analisis strukturalisme genetic, menurut Goldmann karya sastra
yang dianalisis disarankan menggunakan karya sastra ciptaan pengarang utama
yang terdapat tokoh problematic atau mempunyai masalah yang berhadapan dengan
kondisi sosial yang memburuk dan berusaha mendapatkan nilai-nilai yang benar.
Dari sekian banyak karya sastra, peneliti ingin menganalisis novel
berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima mernisi. Novel Ahlam An-Nisa
Al-harem adalah novel yang mengangkat persoalan manusian yang merupakan tokoh
problematic yang bermasalah dengan kondisi social karena dalam novel Ahlam An-Nisa
Al-harem menceritakan seorang wanita yang tumbuh dewasa di suatu harem
bersama dengan ibunya, para nenek dan para saudari lainnya. Suatu harem yang di
jaga dengan ketat oleh suatu penjagaan sedemikian rupa sehingga wanita-wanita
tidak bisa lepas dari itu. Sejak dia kecil, Mernissi telah dilibatkan dalam
pergolakan pemikiran nasional dan menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan liar
sebagai contoh pada batas tertentu memaksakan antara anak-anak lelaki dan
anak-anak perempuan. Mereka menginginkan kebebasan agar bisa seperti
wanita-wanita barat yang mengelu-elukan rasionalitas dan pendidikan modern.
Alasan akademik
yang mendorong dilakukannya penelitian Analisis strukturalisme genetik dalam
novel yang Berjudul “Ahlam An-Nisa Al-Harem” karya Fatima
Mernisi ini adalah sebagai berikut:
Pertama, karena dalam novel tersebut mengandung
cerita yang menarik, sehingga dilakukan penelitian Analisis strukturalisme
genetik dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
Kedua, karena novel tersebut menceritakan
perempuan-perempuan luar biasa yang kearifannya menjadi jendela bagi Fatima
kecil untuk melihat dunia, mereka yang hanya memiliki sedikit kebebasan, namun
kaya oleh indahnya kebersamaan dan mimpi-mimpi, mereka yang mengatakan bahwa
selalu ada sepetak langit biru diatas tembok harem. Mereka juga yang
mengatakan, jangan melihat kebawah pandanglah terus keatas dan keatas, lalu
terbanglah. Ciptakan sayap-sayap. sehingga perlu dilakukan penelitian Analisis
strukturalisme genetic dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi agar lebih mudah dimengerti.
Dari
uraian diatas, tampak perlu adanya sebuah kajian novel yang uraiannya lebih
mendalam, sistematis, tetapi praktis dapat dipergunakan untuk memahami novel
secara lebih mudah, oleh karena itu peneliti memfokuskan kajiannya dengan
judul.
Pandangan Dunia
Pengarang dalam novel
“ Ahlam An-Nisa
Al-Harem ”
karya Fatima
Mernisi
( kajian
Strukturalisme Genetik )
B.
Identifikasi
dan Rumusan Masalah
Penelitian ini di fokuskan pada kajian
strukturalisme genetik dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima Mernisi.
Agar peneliti fokus terarah, maka akan dirumuskan
masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal sebagai berikut :
1.
Bagaimana unsure
intrinsik dalam novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya
Fatima Mernisi?
2.
Bagaimana pandangan dunia pengarang novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya
Fatima Mernisi?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan utama
dalam penelitian ini adalah:
Mengetahui kajian strukturalisme genetik dalam
novel berjudul Ahlam An-Nisa
Al-harem karya Fatima Mernisi
Adapun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi kegunaan teoretis
dan pragmatis.
1. Kegunaan Teoretis
a. Penelitian
ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan khususnya di bidang
strukturalisme genetik.
b. Penelitian
ini diharapkan menambah apresiasi masyarakat terhadap karya sastra.
2. Kegunaan Pragmatis
a.
Penelitian
ini dilakukan sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sastra (S.S ) pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora.
b.
Penelitian
ini diharapkan menambah pengetahuan tentang kajian strukturalisme sehingga
menghasilkan efek yang inovatif bagi mahasiswa khususnya, serta masyarakat pada
umumnya.
D.
Tinjauan Pustaka
Setelah dilakukan pengamatan di perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, terdapat
beberapa skripsi yang menggunakan kajian Strukturalisme genetik. Kemudian
terdapat buku yang membahas tentang kajian strukturalime genetik. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1.
Tema
dan amanat dalam khutbah al-Qashi’ah karya imam Ali ra, yang ditulis oleh Euis Nafisah pada tahun 2007, sesuai dengan
judulnya penelitian ini menjelaskan tentang khutbah merupakan seni pengungkapan
sesuatu yang mana para pendengar menyimak apa yang dikatakan oleh khatib. Lalu
mencari tema dan amanat yang ada didalah khutbah tersebut.
2.
Tema
dalam novel perempuan dititik nol karya nawal el saadawi, yang ditulis oleh Amiruddin pada tahun 2006, sesuai dengan judulnya
penelitian ini menjelaskan tentang analisis jenis tema dalam novel tersebut.
3.
Tema
dan sikap penyair dalam syair karya Ali bin abi Thali, yang ditulis oleh Ali Firman pada tahun 2005, sesuai dengan
judulnya penelitian ini menjelaskan tentang analisis tema dan sikap penyair
dalam syair tersebut.
4.
Amanat
dalam novel Asywak karya Sayyid Quthub ( kajian analisis intrinsic ), yang ditulis oleh Edi lulu riyadi pada tahun 2004, sesuai dengan
judulnya penelitian ini bertujuan mencari amanat yang terkandung dalam novel
tersebut.
E.
Kerangka Berpikir
Sajak (
karya sastra ) merupakan sebuah struktur. Struktur disini dalam arti bahwa
karya sastra itu merupakan susunan unsure-unsur yang bersistem, yang antara
unsure-unsurnya terjadi hubungan yang timbale balik, saling menentukan, jadi
suatu unsure dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal
atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melaikan hal-hal itu saling
terikat.[12]
Strukturalisme
itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama
berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur, menurut pikiran
strukturalisme, dunia ( karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang
) lebih merupakan susunan hubungan dari pada susunan benda-benda.[13]
Menurut
Jean Piaget, ada tiga dasar strukturalisme yaitu:
a) Kesatuan,
sebagai koherensi internal
b) Transformasi,
sebagai pembentukan bahan-bahan baru secara terus menerus
c) Regulasi
diri, yaitu mengadakan perubahan dengan kekuatan dari dalam.[14]
Hal
dikemukakan oleh Piaget tersebut sama seperti yang dimaksudkan dalam buku ini,
bahwa strukturalisme dapat diartikan sebagai suatu jaringan teoretis dan
memalui jaringan teoretis ini, perilaku, budaya dan fiksi popular dilihat
sebagai suatu objek yang dapat dianalisis menurut jaringan hubungannya yang
melatar belakangi fiksi popular tersebut. Dan unsure-unsur yang membangun jaringan
dapat mempunyai makna dari hubungannya antar unsure-unsur tersebut.[15]
Secara
definitive strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan
perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme
genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik dan
ekstrinsik.[16]
Strukrural genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam
kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Sebagai
seorang strukturalis, Goldmann sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti
disempurnakan menjadi struktur bermakna, dimana setiap gejala memiliki arti
apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga
setiap unsur menopang totalitasnya.[17]
Secara
sederhana pendekatan strukturalisme genetik diformulasikan sebagai berikut.
Pertama difokuskan pada kajian intrinsik karya sastra, baik secara parsial
maupun secara keseluruhan. Kedua, mengkaji latar belakang kehidupan sosial
kelompok pengarang, karena ia adalah suatu bagian dari komunitas tertentu.
Ketiga, mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang ikut mengondisikan
terciptanya karya sastra. Dari ketiga cara tersebut akan diperoleh abstraksi
pandangan dunia pengarang yang diperjuangkan oleh tokoh problematik.
Pandangan dunia merupakan masalah pokok dalam strukturalisme
genetic. Homologi, kelas-kelas social, struktur bermakna, dan subjek
transindividual diarahkan pada totalitas pemahaman yang dianggap sebagai
kesimpulan suatu penelitian. Pandangan dunialah yang memicu subjek untukmengarang,
identifikasi pandangan dunia juga dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan
suatu karya.[18]
F.
Metode dan Langkah-Langkah Penelitian
1.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu dengan menganalisis berdasarkan satuan-satuan tanda yang
bermakna dengan tidak melupakan saling hubungan dan fungsi structural setiap
satuan tanda tersebut.
Metode
deskriptif, yaitu metode penelitian yang ditunjukkan untuk menjelaskan suatu
masalah yang bersifat kasuistik dengan cara menggambarkan kasus yang diteliti,
berdasarkan hubungkan antara teori dengan kenyataan di lapangan.[19]
Metode
deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang
kemudian disusul dengan analisis.[20]
Dengan
metode deskriptif penelitian strukturalisme genetik ini perlu dipahami
strukturnya dengan menguraikan unsure-unsur instrinsik dan ekstrinsik pada
novel.
2. Langkah-langkah Penelitian
a.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ahlam An-Nisa
Al-harem karya Fatima Mernisi
b.
Jenis
Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ahlam An-Nisa
Al-harem karya Fatima Mernisi
c.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
atau studi kepustakaan. Maka langkah-langkah yang dirumuskan adalah sebagai
berikut: (i) membaca dengan teliti dan seksama novel yang berjudul Ahlam An-Nisa
Al-harem karya Fatima Mernisi (ii)
menandai teks novel yang merupakan unsur instrinsik, ekstrinsik dan pangdangan
dunia pengarang dalam novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi (iii) mengelompokan
teks novel yang merupakan unsur instrinsik dan ekstrinsik dan pandangan dunia
pengarang novel yang berjudul Ahlam An-Nisa Al-harem karya Fatima Mernisi
d.
Analisis
Data
Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis
dengan pendekatan strukturalisme genetik untuk mengetahui unsur-unsur yang
terstruktur pada novel Ahlam An-Nisa Al-harem karya
Fatima Mernisi
e.
Merumuskan
Simpulan
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
strukturalisme genetik maka dirumuskan simpulan sebagai akhir kegiatan
penelitian terhadap unsur instrinsik dan ekstrinsik novel yang berjudul Ahlam Nisa
Al-Harim karya Fatima
Mernisi.
G.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab kesatu, yaitu
pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, metode dan
langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, yaitu
landasan teori. Bab ini berisi teori mengenai pengertian, macam-macam dan
tujuan-tujuan strukturalisme genetik.
Bab ketiga, yaitu
pembahasan. Bab ini berisi pembahasan mengenai penganalisisan strukturalisme
genetik dalam novel Ahlam Nisa Al-Harim karya Fatima
Mernisi
Bab keempat, yaitu
penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
A Teeuw, ( 2003 ) Sastera dan Ilmu Sastera,
Jakarta : Pustaka Jaya
Adi,Ida Rochani. ( 2011 ) Fiksi Populer:
Teori dan Metode Kajian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Pendidikan Nasional, ( 2008 ) Cara
Mudah Menghadapi Ujian Nasional, Jakarta: Grasindo
Endraswara,Suwardi. (2005 ) Metode dan Teori
Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Buana Pustaka
Faruk, ( 2012 ) Pengantar Sosiologi Sastra,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nugiyantoro,Burhan ( 2010 ) Teori Pengkajian
Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah skripsi,
tesis dan disertasi, UIN
Sunan Gunung Djati Bandung 2009.
Pradopo, Rachmat Djoko. ( 2010 ) Pengkajian
Puisi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ratna, Nyoman Kutha. ( 2011 ) Teori, Metode,
dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ratna, Nyoman Kutha, ( 2011 ) Antropologi Sastra,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Retnaningsih,Aning. ( 1983 ), Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan
Indonesia Modern, Jakarta: Erlangga
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, ( 1994 ), Apresiasi
Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wellek, Rene dan Austin Warren (1989 ) Teori
Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia
[1]
Burhan Nugiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, ( Yogyakarta: adjah Mada
University Press, 2010 ), h.1
[2]
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, ( Jakarta: PT
Gramedia,1989 ), h. 278
[3]
Ida Rochani Adi, Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011 ),h. 136
[4]
Suwardi Endraswara, Metode dan Teori Pengajaran Sastra, ( Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2005 ), h. 173
[5]
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 75
[6]
Nyoman Kutha Ratna, Antropologi Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 314
[7]
A Teeuw, Sastera dan Ilmu Sastera, ( Jakarta : Pustaka Jaya, 2003 ).h.
126
[8] Risma, analisis struktur genetic
pada novel ronggeng dukuh paruk, tersedia: http://jhue.blogspot.com/2011/06/analisis-struktural-genetik-pada-novel.html,
sabtu, 27-10-2012.
[9]
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
),h. 57
[10]
Departemen Pendidikan Nasional, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional, (
Jakarta: Grasindo, 2008 ), h. 85
[11]
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, ( Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1994 ), h. 29
[12]
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi ( Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2010 ), h.118
[13]
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, ( Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2010 ), h.119
[14]
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 84
[15]
Ida Rochani Adi, Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011 ),h. 139
[16]
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 123
[17]
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 122
[18]
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 126
[19]
Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah skripsi, tesis dan disertasi, UIN
Sunan Gunung Djati Bandung 2009. h.20
[20]
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 53